Sunday, July 21, 2013

Proses itu Penting Sebelum mendapatkan Hasil


[Artikel] - Sampai sekarang, matematika masih saja dianggap sebagai mata pelajaran sulit, di Sekolah siswa tidak bisa menghindari mata pelajaran matematika sehingga banyak siswa yang terlanjur tidak menyukai matematika akan menjadi penderitaan baginya. Orang tua juga sadar bahwa sulitnya matematika terkadang membuat mata pelajaran matematika sebagai patokan anaknya pinter atau tidak, sehingga banyak orang tua yang khawatir apabila nilai anaknya tidak memuaskan pada mata pelajaran matematika sehingga berbagai cara dilakukan untuk  memperbaiki hal tersebut. Tetapi matematika terkadang salah diartikan oleh sebagian orang, indikator bisa atau tidaknya si anak memahami pelajaran matematika hanya lewat berhitung. tentunya ini mungkin akan menjadi perhatian orang tua sehingga mereka akan menempuh dengan embel - embel "Teknik Berhitung Cepat" selanjutnya yang akan terjadi adalah kalau  anaknya benar-benar belajar serius dan menekuni metode yang diberikan maka dia akan mahir berhitung. Dan ketika ditanya 15 x 57, dalam hitungan detik anak bisa menjawab... sungguh sangat hebat.

Hhmmm.... pada dasarnya seorang siswa belajar matematika tidak hanya diharapkan hanya bisa menyelesaikan permasalahan  matematika yang diberikan oleh guru, tetapi juga siswa dilatih untuk berfikir logis dan sistematis. Contohnya ketika siswa belajar aritmatika, yang diharapkan adalah siswa memahami bagaimana menemukan solusi dari permasalahan matematika yang diberikan. sementara teknik berhitunng cepat yang dilatih selama ini mungkin saja mengenyampingkan proses yang semestinya dipahami oleh siswa tersebut. bagi siswa yang terbiasa dengan metode cepat 9 x 8 dengan hasil 72 akan sangat mudah didapatkan, namun apakah siswa paham dari mana 72 didapat??? nah kalo dulu saya diajarkan dengan menghapal perkalian 1 sampai 9 itu wajib hukumnya dihapal. hehehe.... ;)
karena matematika bersifat sistematis, hendaknya penyampaian materi disampaikan tidak secara langsung. tetapi guru mengaitkannya dengan materi sebelumnya. misalnya pada materi konsep perkalian, sebaiknya siswa diajarkan konsep penjumlahan berulang. sebagai contoh 9 x 8 ini bisa diartikan 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8 + 8, siswa pun akan menemukan hasilnya dengan cara penjumlahan. secara proses perkalian 9 x 8  berbeda dengan perkalian 8 x 9 yang bisa diartikan 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 + 9 dan hasilnya sama dengan perkalian 9 x 8 dengan demikian akan muncul sifat perkalian yaitu yang disebut dengan sifat Komutatif . nah jika siswa diberikan pemahaman seperti ini akan dapat memberikan stimulus untuk siswa berfikir lebih terbuka, cara cepat boleh saja asal konsep dasar benar - benar difahami.

Hal ini disebabkan karena metode berhitung cepat hanya menitik beratkan kepada hasil, tetapi tidak pada proses dari hasil yang didapat sehingga jika siswa tersebut ditanya bilangan apa saja yang dikalikan akan menghasilkan 72, bukan tidak mungkin mereka akan bingung untuk menjawabnya. Hal ini akan menghambat pemahaman siswa pada konsep faktor bilangan bulat.




Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

2 komentar:

  1. Siswa menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulut bukan karena matematika itu sulit, tetapi karena paradigma awal yang telah terkontruksi dalam masyarakat yang mengatakan bahwa matematika itu sulit yang kemudian tertanam dalam alam bawah sadar siswa dimana ahirnya siswa menganggapnya sebagai suatu kebenaran, dan guru mendukung hal tersebut dengan metode pembelajaran yang membosankan. Maka dibutuhkan sosok guru yang memahami hal tersebut, yang bisa memperbaik paradigma siswa dalam memandang matematika itu sendiri bahwa matematika itu mudah dan menarik.

    Namun, sebagai orang yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan siswa, guru yang tak mampu mengajar dan membimbing siswa dalam belajar tentu tak sepenuhnya bisa disalahkan, karena mereka adalah bagian dari korban dari buruknya sistem pendidikan di negara ini, dimana kita sebagai mahasiswa telah menyaksikan dan mengalami sendiri bagaimana kita sebagai calon guru dididik dan dipersiapkan oleh Lembaga Pendidikan Tinggi yang ternyata belum bisa dikatakan ilmiah. Tetapi hal tersebut bukan menjadi alasan untuk berputus asa dari tujuan menjadi guru terbaik bagi siswa karena hingga saat ini masih terbuka lebar kesempatan bagi kita untuk belajar, berdiskusi dan menentang segala bentuk penindasan yang dilakukan terhadap mahasiswa.

    Mengutip kalimat yang diungkapkan oleh Prof. Yohanes Surya bahwa "Tidak ada siswa yang bodoh, yang ada adalah siswa yang belum menemukan guru yang tepat!"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itulah tugas kita sebagai calon pendidik, hendaknya memahami betul mekanisme yang ada, bukan hanya sistem pendidikan tetapi pendekatan secara intensif dari guru juga diperlukan. Paradigma yang selama ini mengakar mungkin agak sulit untuk dipatahkan, tetapi itu bukanlah hal yang mustahil. karena sekarang banyak kita temukan seorang pengajar bukan pendidika, sehingga mereka tidak tahu apa yang dialami oleh siswanya.

      Delete

Silahkan tuliskan komentar anda.